Buku Kedokteran Farmasi Klinik




Buku kedokteran yang merupakan buku ajar farmasi klinik ini merupakan hibah buku ajar ristekdikti tahun 2016. Buku yang ditulis oleh ini ditulis oleh Setya Enti Rikomah, M.Farm., Apt. merupakan kumpulan materi yang menjelaskan adanya atau munculnya farmasi klinik di sarana kesehatan dan buku farmasi klinik ini menjelaskan pelaksanaan pelayanan kegiatan farmasi klinik yang seharusnya dilakukan oleh tenaga farmasis di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang sakit dengan memberikan pelayanan langsung, serta perduli untuk kesembuhan pasien.
Buku kedokteran ini dibuat dan disusun dari berbagai sumber dan literatur yang didapatkan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai pengobatan kepada pasien. Dengan begitu tujuan buku kedokteran farmasi klinik dimaksudkan agar dapat membantu farmasis dalam meningkatkan pengetahuan dan bisa mengaplikasikan kegiatan pelayanan kefarmasian secara klinik yang seharusnya, baik di apotek, rumah sakit, puskesmas atau di klinik.
Bergesernya paradigma farmasi dari yang sebelumnya fokus pada obat ke farmasi yang fokus pada pasien artinya farmasis dapat, mampu serta mempunyai kemauan untuk peduli kepada pasien demi untuk meningkatkan kesehatan dan derajat kesehatan pasien. Mendapatkan hasil akhir dari berbagai kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien seperti fokus kepada kesembuhan pasien, mengurangi gejala penyakit pasien, mencegah adanya kambuhnya gejala penyakit lain adalah fokus dari pelayanan farmasi klinik.
Tujuan pelayanan kefarmasian secara klinik yang dilakukan farmasis adalah untuk meningkatkan keuntungan dari terapi yang diberikan kepada pasien dan meninjau kembali kemungkinan adanya permasalahan yang mungkin terjadi disebabkan penggunaan obat, dengan demikian dapat meningkatkan kerasionalitasan suatu obat dan meningkatkan keamanan penggunaan obat. Selain memberikan pelayanan mengenai pengobatan kepada pasien, farmasis juga memberikan pelayanan kegiatan yang berupa literasi dan sosialisasi kepada pasien mengenai obat yang diterima pasien, sehingga pasien dapat mengetahui, memahami dan mengerti mengenai penggunaan obat yang sesuai dengan peruntukannya.
Sejarah Farmasi Klinik
Tenaga farmasi yang dimaksud dalam buku kedokteran ini adalah mereka yang bekerja di rumah sakit dan komunitas seperti apotek, puskesmas, klinik dan balai pengobatan. Adanya paradigma baru tentang layanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien, saat ini disiplin ilmu farmasi klinis semakin dibutuhkan. Buku kedokteran ini juga menjelaskan bahwa di manapun terjadi peresepan ataupun penggunaan obat harus memiliki kompetensi yang dapat mendukung pelayanan farmasi klinis yang berkualitas.
Tujuan dari farmasi klinis secara filosofis adalah agar efek terapi bisa tercapai secara maksimal, meminimalkan resiko yang tidak diinginkan, meminimalkan biaya pengobatan, serta memberikan respek terhadap pilihan pasien terhadap pemilihan terapi yang akan mereka lakukan. Farmasi klinik adalah suatu keahlian profesional dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk keamanan, kerasionalan, dan penggunaan terapi obat oleh pasien melalui penerapan ilmu pengetahuan dan fungsi terspesialisasi.
Penerapan pengetahuan obat untuk kepentingan pasien dengan memperhatian kondisi penyakit pasien dan kebutuhannya untuk mengerti terapi obat juga merupakan farmasi klinik. Hal ini juga memerlukan data dan interprestasi data penderita serta keterlibatan penderita dan interaksi langsung dengan penderita.
Clinical Reseources and Audit Group (1996) mendefinisikan farmasi klinik sebagai: ‘’A discipline concered with the the application of pharmaceutical expertise to help maximmise drug efficacy and minimize drug toxicity in individual patients’’. Kesimpulannya, farmasi klinis merupakan suatu disiplin ilmu kesehatan di mana farmasis memberikan asuhan (care). Farmasi klinis bertujuan untuk mengoptimalkan terapi obat dan mempromosikan kesehatan serta pencegahan terhadap penyakit, termasuk di dalamnya mencakup pemberian jasa pelayanan klinis kepada pasien.


Perkembangan Farmasi Klinik di Eropa
Perkembangan pelayanan farmasis klinik tidak sama disemua neraga Eropa. Inggris merupakan negara yang dekat di Eropa yang paling lama menerapkan farmasi klinik. Sebagian besar penelitian tentang peran penting farmasi klinik dalam pelayanan kesehatan seluruh dunia diperoleh dari pengalaman dari Amerika dan Inggris.
Gerakan farmasis klinik di Eropa mulai dengan didirikannya European ociety of Clinical Pharmacy (ESCP) pada tahun 1979 (Leufkens et al, 1997). Pada perkembangan setelahnya terjadi perdebatan yang terus-menerus mengenai tujuan, peran, dan nilai tambah farmasi klinik terhadap pelayanan pasien. Tahun 1983 ESCP menggabungkan dokumen pendidikan berisi persyaratan dan standar untuk keahlian dan keterampilan seorang farmasis klinik. Pada saat itu pula, Federation Internationale pharmaceuticque (FIP) mempublikasikan prosiding symposium bertemakan “Roles and Responsibility of the Pharmacist in Primary Health Care. Buku kedokteran ini menjelaskan banwa adanya penjelasan dan ketetapan dari FIP tentang keterampilan seorang farmasis klinik, sehingga memungkinkan WHO dan instansi kesehatan lain mulai mengenal, menelaah, dan seterusnya memperjuangkan farmasis merupakan bagian dari tenaga pelayanan kesehatan yang profesional di bidangnya.

Perkembangan Farmasi Klinik di Indonesia
Tahun 2000an adalah proses awal berkembangnya farmasi klinik di Indonesia, dimulai dengan adanya beberapa sejawat farmasi yang belajar farmasi klinik di berbagai institusi pendidikan di luar negeri. Peningkatan jumlah kebutuhan obat, kompetisi dagang, inovasi obat baru, inovasi produksi masal dan berbagai penyakit baru memicu perkembangan perubahan mendasar konsep meracik obat.
Peran farmasi yag bertugas meracik obat telah diambil oleh industri dan dalam evaluasi penggunaan obat yang memunculkan banyak masalah. Hal tersebut mengubah arah orientasi farmasi dari semula kepada obat (drug-oriented) menjadi kepada pasien (pasien-oriented), peran farmasi bukan hanya sekedar menjual obat dan meningkatkan omset penjualan tetapi lebih kepada menjamin ketersediaan obat yang berkualitas yang aman dan tepat dengan harga yang terjangkau. Hal ini tentu bisa menimbulkan bahaya yang besar di masyarakat. Selain itu juga memberikan informasi yang memadai mengenai obat serta melakukan pemantauan dan evaluasi obat (Herman JM, dkk, 2013).
Pendidikan farmasi di Indonesia pada tahun 2011, khususnya di UGM, telah merekomendasikan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam pelayanan farmasi klinik, seperti patofisiologi, farmakoterapi, dan lain-lain. Hal ini disertai dengan adanya minat studi farmasi klinik dan komunitas.
Dengan adanya buku kedokteran farmasi klinik ini diharapkan dapat berguna dan membantu farmasis dalam melakukan kegiatan kefarmasian yang sebenarnya. Penulis buku kedokteran farmasi klinik ini menyebutkan bahwa hasil yang dilaporkan dalam buku ini adalah dengan mengambil penelitian dan sumber terbaru, agar dapat memberikan pengetahuan terbaikl untuk kegiatan pelayanan farmasi klinik.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Kedokteran Bedah Dasar Periodonsia

Buku Kedokteran Administrasi Kesehatan Masyarakat